PERKHABARAN DARI HIRA
Betapapun jalan tuan, tetap kami muliakan. Betapapun penjelasan tuan, tetap kami kalungi dengan pujian-pujian, biarpun hati kami telalu kecil buat rahmat sebesar tuan. Sayangnya, kami tidak lagi mampu duduk bersama-sama tuan di atas noktah itu. Entah mengapa jalan kami masih panjang, tidak terjangkau sehayat perjalanan. Jalan kami tidak mati sepertimana jalanmu tuan..
Sekian kami menyusur, semakin bersiur lorong dan simpang. Setiap persoalan ada jawaban, setiap jawapan, datang dengan persoalan. Silih berganti. Dalam kesempurnaan ada kelemahan, dalam kelemahan ada kesempurnaan. Sementara itu, kami sentiasa terpukul oleh penyaksian demi penyaksian. Kami tidak lagi mampu mempertaruhkan sesuatu yang kami sangkakan sempurna. Kami sekadar mendengar bacaan dari Hira’; Yang datang dengan keheningan, yang datang dengan kesaksian, yang bukan dari kami..
Lautan gelora, tanpa rasa dan rupa. Lautan gelora tanpa warna maupun gema. Ketika malam menyingsing, siang mula mengambang. Di balik lembayung pagi, matahari pun berbicara; “Bukankah aku yang mengajarkan mu apa yang tidak engkau ketahui? Mengapa engkau masih mencari selain aku? Telah aku sempurnakan jalan yang lurus, tetapi engkau masih senang jalan berliku. Carilah aku, maka akan kuperkenalkan mu dengan pelayanku, Jibril. Akan aku temukan mu dengan kekasihku, Muhammad. Agar engkau tidak lagi bersangka-sangka terhadap mereka..”
-----------------------------------------------------------------------
Dinukil dari: 'Ujaran Dalam Ekstase' [Chapter: 11]
Ditulis oleh: 'ashiqi'
------------------------------------------------------------------------